Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Rumah

Kautsar, semakin dewasa, semakin banyak jalan yang kita tempuh, kita akan menyadari bahwa kita perlu rumah. Rumah yang sederhana. Rumah tempat kita teduh dan mendapatkan kedamaian. Rumah berkembangnya imajinasi dan kreativitas. Tempat dirimu mampu jadi apapun versi yang kau pilih. Rumah tempat jiwamu selalu ingin tertuju.  Mudah-mudahan, rumah itu adalah ayah dan ibumu. Dan ada pula di sekelilingmu, di hati orang-orang yang andal dan berbudi. Boleh jadi, rumah itu juga ada padamu. Menaungi hati yang meranggas dengan hujan di pagi hari. Semoga kelak kita bergandengan ke rumah ternyaman, yang abadi.

:)

Seringkali ketika lelah dengan aktivitas harian, aku lihat anakku yang sedang tidur. Aku pandangi wajahnya yang pulas, kugenggam tangannya perlahan. Rasanya hidup ini sangatlah indah, memilikinya sudah lebih dari cukup daripada dunia dan seisinya :)

Nama

Dulu pernah iseng mikir, kayaknya bagus kalo aku pilih pasangan yg namanya kearab-araban. Mungkin karena nama aku juga kearab-araban (walaupun mukanya sih jauh ya wkwk). Kalau kebarat-baratan, kejawen atau nama-nama keren jaman sekarang, mungkin aku juga akan cenderung memilih yang namanya senada. Cakep aja kayaknya di undangan. Soalnya sejak awal aku berniat ga nulis gelar akademik, jadi biarlah serasinya diterka-terka tetangga dari namanya aja. Absurd sih wkwk. Seiring berjalannya waktu, ada hal yang akhirnya aku sadari. Sekeliling kita dipenuhi orang-orang dengan nama lengkap yang diambil dari berbagai sumber. Nama adalah hal yang sakral. Pada umumnya hanya diberikan satu kali. Kecuali pada jaman dulu. Biasanya kalau sering sakit, ada juga yang namanya diganti. Penamaan anak biasanya disesuaikan prinsip hidup, keyakinan spiritual, dan wawasan filosofis dari orang tuanya. Makanya aku gak pernah ngetawain orang yang namanya unik. Kita gak pernah tau pengalaman hebat apa yang ada di ba

Semoga bisa merasa dengan sederhana

Saat aku posting gambar ini, banyak DM yang masuk dan menceritakan sulitnya mereka memaafkan. Iyaa, aku pun mungkin sama. Jadi, beberapa hari ini aku teringat sesuatu yang membuat lelah hati. Hal ini gak pernah aku ungkapkan karena siapa tahu hanya asumsiku. Kalau aku ceritakan, takut juga nanti menyakiti. Takut juga dianggap terlalu overthinking, yang mungkin mayoritas akan bilang demikian. Tapi lama kelamaan rasanya menggangu pikiran karena hidup terus berjalan. Lalu aku ingat sahabatku pernah bilang : kita cuma tamu di dunia. Sahabatku yang lain juga bilang : Allah suka orang-orang yang berusaha tapi Allah juga suka orang-orang yang mau menerima. Kebetulan, aku temukan postingan seperti gambar di atas. Jadi memang aku harus memberikan uzur sebanyak-banyaknya, lalu memaafkan dan mendoakan. Sesimpel itu. Aku juga harus ingat bahwa di dunia ini tempat mencari bekal akhirat. Semoga pikiran-pikiran yang mengganggu bisa segera hilang. Semoga perbuatan baik kita diganjar pahala