Sudah lima hari, Kautsar bikin bingung satu rumah. Tiap malam dia rewel. Saat ngantuk dia terus merengek-rengek. Puncaknya dia menangis jerit-jerit sambil 'kelejetan'. Kelejetan itu apa ya, seperti meronta-ronta. Padahal dia gak kembung, udah kenyang nyusu, popok dan bajunya juga udah diganti. Matanya sudah menunjukkan ngantuk tapi dia gak mau tidur. Waktu sudah tidur pun, Kautsar tetap mau di gendongan. Tiap ditaruh di kasur dia langsung bangun. Paling lama bertahan 15 menit.
Sambil gendong Kautsar, aku berpikir. Abu Hurairah, Imam Syafii, bahkan Nabi Muhammad pernah melewati masa bayi. Beliau-beliau yang luar biasa itu pasti pernah menjadi bayi kecil yang tak berdaya. Tapi masa mengubah mereka menjadi orang yang berguna.
Mungkin, suara melengkingnya Kautsar menyiratkan dia besok jadi muadzin yang handal. Susah tidurnya karena besok dia paling gencar memikirkan solusi permasalahan umat. Badan aktifnya menunjukkan betapa sehat fisiknya. Mudah terbangun dari tidurnya pun menandakan dia peka terhadap keadaan sekitar. Ditambah lagi anak ini ingin selalu dekat dengan ibunya.
Maka, semoga hati orang tua selalu lapang menghadapi anak-anak mereka. Prasangkaan yang baik harus selalu dijunjung. Saat anak rewel, semoga kata-kata yang indah lah yang selalu keluar dari lisan orang tua.
Abdurrahman as-Sudais, seorang hafidz, imam besar, dan doktor, pernah "dikutuk" ibunya ketika masih kecil. Saat ibunya marah karena beliau menaburkan tanah pada makanan tamu, ibunya berkata “idzhab ja’alakallahu imaaman lil haramain (pergi kamu, biar kamu jadi Imam di Haramain),” dan sekarang menjadi nyata.
Kugendong Kautsar yang masih meronta, dengan perasaan berbeda. Kutatap matanya yang jernih. Kusentuh jemarinya yang mungil. Kuusap kepalanya yang penuh keringat. Bayi kecilku, besok akanlah dewasa. Kita tidak tahu masa depan anak kita, tapi kita bisa terus memberikan pengharapan dan doa.
Komentar